MALANG - Penutupan
sejumlah lokalisasi di Surabaya berdampak ke daerah lain di Jatim.
Salah satunya adalah Kabupaten Malang. Ada tanda-tanda terjadinya
eksodus dan migrasi para pekerja seks komersial (PSK) dari Surabaya ke
Kabupaten Malang.
Mereka melakukan eksodus karena tempat
mangkal mereka selama ini di Surabaya ditutup. PSK Surabaya yang pindah
ke Malang itu, antara lain, berasal dari Dolly, Tambakasri, Klakahrejo
dan Sememi, serta Dupak Bangunsari.
Eks PSK Surabaya tersebut mulai
menyasar lokalisasi di wilayah Kabupaten Malang seperti Suko
(Sumberpucung), Slorok, Kromengan, Kebobang (Wonosari), Embong Miring
(Ngantang), Kali Kudu (Pujon), dan Kandangsapi (Gondanglegi). Di antara
beberapa lokalisasi di Kabupaten Malang tersebut, Suko tampaknya
menjadi favorit PSK jebolan Surabaya.
Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Malang
di lokalisasi terbesar di Kabupaten Malang itu, terdapat sedikitnya
enam PSK pindahan dari Dolly. ''Mereka datang sekitar lima hari lalu
dari Surabaya,'' ungkap Rh, salah seorang mucikari di Suko.
Rh menduga alumni Dolly mungkin akan
datang secara bertahap ke Suko. Apalagi, menurut dia, eks penghuni
lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut menjadi bintang dan
primadona di Suko. Bahkan, tarif para penghuni eks Dolly lebih mahal
dibanding PSK asli yang lama menghuni Suko. PSK asli Suko bertarif
sekitar Rp 100 ribu sekali kencan. PSK eks Dolly bertarif Rp 150 ribu
hingga Rp 300 ribu.
Rh menjelaskan, keberadaan PSK eks
Surabaya itu kini sengaja disembunyikan pengurus wisma. Hanya pelanggan
khusus dengan kantong tebal yang bisa menyewa mereka. Usia para PSK
tersebut relatif muda, yakni 20-25 tahun. Sebagian besar penghuni lama
di Suko berusia di atas kepala tiga.
Bahkan, dibanding saat beroperasi di
Dolly, PSK eks Surabaya tersebut bertarif lebih mahal di Suko. Dengan
lebih mahalnya tarif kencan di Suko plus menjadi bintang atau
primadona, PSK asal Surabaya tersebut diperkirakan terus mengalir ke
Kabupaten Malang.
Sayangnya, saat berkunjung ke Suko pada
pukul 11.30 kemarin (2/1), Jawa Pos Radar Malang tidak mendapati
seorang pun PSK eks Surabaya. ''Biasanya mereka aktif bekerja pada sore
hingga larut malam,'' tutur Rh.
Walaupun tarif mereka berbeda, Rh
menyatakan, para PSK eks Surabaya tidak mendapatkan perlakuan khusus
dari para pemilik wisma. Mereka juga ditarik tarif Rp 5 ribu setiap
hari untuk uang keamanan. Pemilik wisma menarik tarif Rp 20 ribu setiap
kali PSK mendapatkan seorang pelanggan.
Sementara itu, lokalisasi Kalikudu di
Kecamatan Pujon hingga saat ini belum kedatangan PSK eks Surabaya. Saat
ini Kalikudu dihuni sekitar 30 PSK wajah lama. ''Memang ada kabar bahwa
akan ada penghuni baru dari Surabaya. Namun, hingga sekarang, belum
ada,'' ungkap Luna (bukan nama sebenarnya), 40, salah seorang PSK di
Kalikudu.
Sejak dua bulan lalu, di lokalisasi itu
terdapat tempat karaoke. Tapi, fasilitas karaoke di Kalikudu hanya
seadanya. Salah satunya adalah ruang (hall) besar dengan kursi dari
kayu.
Untuk berkaraoke, tamu tidak harus
merogoh kocek terlalu dalam. Tarifnya hanya Rp 30 ribu per jam. Tarif
pemandu lagu (purel) rata-rata Rp 60 ribu per jam. (cw4/did/fir/dwi/mas)