Tim Van Damme Inspired by Tim Vand Damme

Populer

Welcome to My Website

“Welcome to the wonderful world of radarmalang.net. With advanced features of activating account and new login widgets, you will definitely have a great experience of using RM.”



Komputer

Diberdayakan oleh Blogger.

Seputar Malang

More on this category »

Universitas

More on this category »

Internet


=»» Kami Mohon Maaf situs ini dalam perbaikan. Kami Segera Kembali ! Kinaonak !

Hot News

Network

More on this category »

Blog

Ukur Kinerja, Gagas Indeks Kualitas Guru

MALANG KOTA mulai merancang aturan baru terkait penilaian kinerja guru. Namanya indeks kualitas guru. Rencananya, gagasan tersebut bakal dicanangkan 2015 mendatang.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pengembangan SDM, Pendidikan, dan Kebudayaan Kemendikbud Dr. Syawal Gultom, M.Pd. ”Indeks kualitas guru ini kami canangkan agar guru di seluruh memiliki kualitas yang sama,” ujarnya usai memberikan sambutan dalam road show Pengembangan Sekolah Berbasis Standar Nasional Pendidikan (SBSNP) di Gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (), kemarin (27/8).

Sebab, meski selama ini semua guru mendapat fasilitas yang sama, terutama buku ajar (buku paket), namun kualitas anak didik berbeda. Sebab, cara mengajar satu guru di satu sekolah dengan guru di sekolah atau daerah lain berbeda. Nah, cara mengajar inilah yang bakal diseragamkan dalam satu penilaian indeks kualitas guru. Sehingga goal pendidikan sama rata. ”Nanti tidak akan ada lagi guru yang menganggap kerjanya cuma yang penting ngajar, terima gaji, lalu pulang. Harus ada indeks dan goal yang harus dicapai guru terkait pengembangan SBSNP ini,” bebernya.

Pihaknya juga akan mempertegas kriteria mengajar. Karena selama ini masih banyak guru yang tidak mengerti parameter menjadi guru yang berkinerja baik. ”Ini juga untuk memberikan penegasan bahwa sebenarnya yang lebih penting itu bukan , melainkan indeks kinerjanya,” ucap dia.
Lalu, kriteria guru yang berkinerja baik itu seperti apa? Menurut Syawal, untuk kriteria tersebut, masih dalam proses. Karena kriteria tersebut tidak bisa diputuskan satu bidang, melainkan lintas bidang di Kemendikbud.
Sementara itu disinggung soal pro kontra ujian nasional (UN), dia menilai, untuk ukuran Indonesia, UN tetap penting. Sebab ujian sekolah belum bisa menjadi tolok ukur kelulusan siswa. ”Coba kita perhatikan selama ini nilai ujian sekolah siswa-siswa dari Sabang sampai Merauke, semuanya rata. Nilainya 7, 8 dan 9. Masa iya sama semua? Kan tidak masuk akal,” ujarnya.

Padahal menurut Syawal, kompetensi semua anak pasti berbeda-beda. ”Kalau nilai sama semua seperti itu kan pasti ada bantuan atau istilahnya katrol nilai dari sekolah,” sambungnya.

Dia menjelaskan, justru seharusnya UN jangan dimusuhi atau diprotes. Dengan diadakannya UN, semua jadi tahu bahwa ada anak yang mendapat nilai 3 hingga 9. ”Lebih masuk akal kan kalau ada variasi nilai seperti itu,” tandas dia. (cw2/nen)