
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Jawa Timur
Dr Suko Wiyono SH MH menjelaskan, berdasarkan Peraturan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (PeDIKTI/Kep/2001
dengan rasio bidang IPA 1:20 dan IPS 1:30 masih berlaku, sepanjang tak
bertentangan dengan Permendikbud tersebut. ”Ketentuan rasio dosen tetap
ini yang akan menentukan akreditasi institusi. Jika melanggar, maka akan ada penurunan nilai akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT),” jelasnya.
Dan menurutnya, karena PTN-PTN tak ingin melanggar ketentuan itu,
satu-satunya jalan yang dilakukan adalah memangkas kuota maba. Misalnya
Universitas Brawijaya (UB) yang tahun ini memangkas kuota maba hingga
tiga ribu kursi. Yakni menjadi 12 ribu maba dari sebelumnya 15 ribu
maba. Efeknya, tahun ini, peminat PTS naik hingga 20 persen. ”Setelah
jalur masuk PTN selesai, calon mahasiswa itu mulai berbondong-bondong
mendaftar PTS. Hingga target PTS pun semua terpenuhi,” ujarnya.
”PTS yang melapor ke saya semua mengatakan hal yang sama, peminatnya lebih banyak dari tahun lalu,” sambungnya.
Fakultas yang banyak diminati adalah ekonomi, keguruan, dan hukum.
Sedang untuk fakultas pertanian dan teknik, peminatnya baru meningkat
tiga tahun belakangan ini. Untuk mempertahankan eksistensi PTS, dia
berharap ada perbaikan kualitas tenaga pengajar dari sisi pengajaran
dan perbaikan kualitas staf dari sisi peningkatan pelayanan. ”Laboratorium bagi jurusan yang membutuhkan juga harus mulai dipikirkan. Sehingga, mereka bisa melakukan praktik dan penelitian dengan maksimal,” tukas rektor Universitas Wisnu Wardhana ini.
Untuk tenaga pengajar, dirinya berharap dosen-dosen PTS banyak yang meneruskan program doktoral. ”Guru besar
di PTS menurut saya masih minim sekali,” tambahnya. Dengan menempuh
program doktoral itu, diharapkan para dosen semakin dekat dengan gelar guru besar (profesor). (cw2/c2/nen)